Los Angeles – Industri gaming global—yang kini melampaui gabungan industri film dan musik—sedang mengalami gelombang konsolidasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, didorong oleh merger dan akuisisi raksasa yang dilakukan oleh platform teknologi besar (seperti Microsoft, Sony, dan Tencent). Konsolidasi ini memicu kekhawatiran tentang konten eksklusif, persaingan platform, dan masa depan akses konsumen ke judul-judul game besar.
Motivasi utama di balik merger ini adalah perlombaan untuk mendominasi pasar Langganan (Subscription) dan Mobile Gaming. Platform besar berlomba untuk mengunci studio-studio game mapan untuk memperkaya perpustakaan layanan langganan mereka (seperti Xbox Game Pass). Tujuan strategisnya adalah menciptakan library yang sangat menarik sehingga konsumen akan terikat pada satu ekosistem hardware atau software.
Isu sentral dalam konsolidasi adalah konten eksklusif. Ketika developer game besar diakuisisi, ada tekanan yang meningkat untuk membuat waralaba populer mereka eksklusif untuk platform pemilik baru. Hal ini dapat membatasi pilihan konsumen dan memaksa gamer untuk membeli hardware tertentu hanya untuk mengakses game tertentu. Regulator antitrust kini secara agresif meninjau akuisisi ini untuk memastikan persaingan yang sehat di pasar gaming.
Selain console dan PC, Mobile Gaming juga menjadi fokus konsolidasi karena potensi pasarnya yang besar di Asia dan negara berkembang. Akuisisi memungkinkan platform Barat untuk dengan cepat mendapatkan keahlian dalam free-to-play dan game layanan langsung (live service games).
Secara keseluruhan, konsolidasi mendefinisikan ulang lanskap gaming dari model buy-to-own menjadi model akses berlangganan. Meskipun konsolidasi dapat memberikan stabilitas dan sumber daya kepada studio yang diakuisisi, dampaknya pada inovasi independen dan pilihan konsumen masih menjadi pertanyaan terbuka. Pasar gaming yang terfragmentasi kini sedang bergerak menuju ekosistem yang dikuasai oleh segelintir gatekeepers.

