Setelah pengalaman pahit pandemi global, sistem kesehatan di Asia menghadapi tantangan baru dengan munculnya lonjakan kasus penyakit menular non-COVID, termasuk demam berdarah, flu burung, dan penyakit zoonosis lainnya. Peningkatan kasus ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor seperti perubahan iklim yang memperluas jangkauan vektor penyakit, urbanisasi yang cepat, dan penurunan kekebalan masyarakat.
Negara-negara Asia merespons dengan memperkuat sistem pengawasan epidemiologi mereka, berinvestasi dalam penelitian vaksin lokal, dan meluncurkan kampanye kesehatan masyarakat yang intensif. Respons cepat ini menunjukkan pelajaran penting yang diambil dari pandemi: kecepatan identifikasi dan isolasi kasus adalah kunci untuk mencegah penyebaran yang tidak terkontrol.
Namun, tantangan terbesar tetap berada pada kapasitas sumber daya kesehatan. Banyak sistem kesehatan di Asia masih bergulat dengan kekurangan tenaga medis, peralatan, dan pendanaan, terutama di daerah pedesaan dan terpencil yang rentan terhadap wabah. Diperlukan investasi berkelanjutan dan peningkatan pelatihan tenaga medis.
Kerja sama antar negara-negara Asia juga mencakup kolaborasi dalam pengembangan dan distribusi obat-obatan esensial serta penelitian bersama untuk memahami pola penyebaran penyakit yang semakin kompleks akibat perubahan lingkungan dan migrasi hewan.
Negara-negara Asia menunjukkan respons cepat terhadap lonjakan penyakit menular non-COVID dengan memperkuat pengawasan epidemiologi dan kampanye kesehatan publik, meskipun mereka masih harus mengatasi tantangan kekurangan sumber daya kesehatan.
