Analisis Total Cost of Ownership (TCO) EV di Asia vs. Mobil Bensin.

Analisis Total Cost of Ownership (TCO) EV di Asia vs. Mobil Bensin.

Keputusan untuk beralih dari mobil bensin ke kendaraan listrik (EV) di Asia seringkali bergantung pada Total Cost of Ownership (TCO). Analisis TCO mencakup harga pembelian awal, biaya bahan bakar/listrik, perawatan, pajak, dan nilai jual kembali. Meskipun harga beli awal EV di banyak negara Asia masih lebih tinggi daripada mobil bensin sekelasnya, biaya operasional jangka panjang menjadi argumen utama untuk EV.

Biaya “bahan bakar” EV jauh lebih rendah daripada bensin. Di negara-negara dengan tarif listrik rumah tangga yang disubsidi atau rendah, pengisian daya di rumah jauh lebih hemat daripada mengisi bensin. Selain itu, EV memiliki komponen bergerak yang jauh lebih sedikit dibandingkan mesin pembakaran internal, yang berarti biaya perawatan rutin—seperti penggantian oli, busi, atau filter—hampir hilang. Perawatan EV umumnya terbatas pada ban, rem, dan sistem pendingin baterai.

Namun, faktor-faktor lain dalam TCO dapat bervariasi. Biaya penggantian baterai, meskipun jarang, bisa sangat mahal dan menjadi pertimbangan signifikan dalam perhitungan TCO. Di sisi lain, insentif pemerintah, seperti pembebasan pajak pembelian atau pajak jalan yang lebih rendah untuk EV, secara dramatis dapat mengurangi TCO di awal. Negara-negara seperti Singapura dan Tiongkok telah menggunakan insentif ini untuk mendorong adopsi yang lebih cepat.

Secara keseluruhan, meskipun EV memerlukan investasi awal yang lebih tinggi, analisis TCO selama lima hingga sepuluh tahun menunjukkan bahwa EV seringkali menjadi pilihan yang lebih ekonomis di sebagian besar pasar Asia yang maju, asalkan infrastruktur pengisian daya tersedia dan harga listrik tetap stabil. Pengurangan signifikan dalam biaya operasional dan potensi kenaikan nilai jual kembali EV bekas di masa depan makin memperkuat kasus ini.