Brussel – Seiring dengan peningkatan fitur Advanced Driver-Assistance Systems (ADAS) (seperti lane keeping assist dan adaptive cruise control), tantangan terbesar adalah memastikan bahwa pengemudi tetap waspada dan siap mengambil alih kendali. Untuk mengatasi risiko ini, regulasi global semakin mewajibkan pemasangan Advanced Driver Monitoring Systems (ADMS)—sistem yang menggunakan kamera dan sensor untuk memantau perhatian, kantuk, dan bahkan kondisi kesehatan driver.
ADMS menggunakan kamera inframerah yang diposisikan di dasbor atau kolom kemudi untuk melacak gerakan mata dan kepala driver. Software menganalisis data ini untuk mendeteksi tanda-tanda gangguan (misalnya, driver melihat ke bawah smartphone terlalu lama) atau kantuk (mata terpejam atau kedipan lambat). Jika driver terdeteksi tidak responsif, ADMS akan memicu peringatan audio dan visual.
Pentingnya ADMS bagi keselamatan ADAS adalah untuk mengatasi masalah “penyerahan kendali” (handover problem). Saat driver terlalu mengandalkan fitur ADAS, mereka bisa menjadi terlena (over-reliant) dan lambat merespons ketika sistem meminta mereka mengambil alih dalam situasi kritis. ADMS memastikan bahwa tanggung jawab operasional tetap ada pada driver hingga level otonomi penuh (Level 4/5) tercapai.
Regulasi, khususnya di Eropa (General Safety Regulation), telah mempercepat adopsi ADMS sebagai fitur keselamatan wajib. Standar ini mendorong produsen mobil untuk mengembangkan sistem yang tidak hanya memantau mata dan kepala, tetapi juga detak jantung dan pola pernapasan melalui sensor yang terintegrasi di setir dan kursi, memberikan peringatan jika driver mengalami serangan medis.
ADMS adalah penjaga gerbang keselamatan untuk teknologi mengemudi semi-otonom. Ini adalah investasi penting dalam hardware dan software yang mengatasi kelemahan manusia—perhatian yang terbagi—dan memastikan bahwa peningkatan teknologi keselamatan benar-benar menghasilkan penurunan fatalitas di jalan raya.
